Demo Kepala Dusun Yang Tidak Menarik
Label:
Pengalaman
Hari ini di desa ane ada demonstrasi menuntut turunnya kepala dusun kami. Alasannya adalah karena saat gempa dulu pak Dukuh bukannya mengurusi warganya yang kena musibah dengan aktif mencari bantuan namun malah sibuk mengurusi bisnis kayunya.
Ayah ane juga ditawari untuk menandatangani petisi untuk menurunkan pak Dukuh. Namun walaupun dulu ayah ane dan pak Dukuh adalah musuh dalam pencalonan Kepala Dukuh, ayah ane menolak untuk menandatangani petisi. Alasannya adalah semua ini nggak lain cuma bisnis oleh segelintir orang saja.
Demonstrasi hari ini dimulai kurang lebih pada pukul 8 atau 9 (maap, ane nggak liat jam). Ane jam 10 datang ke balai desa untuk melihat perkembangan demonstrasinya. Tapi apa yang terjadi diluar perkiraan ane. Ane kira kalau demo itu bakal ada orang teriak2 sambil membawa spanduk, tapi yang ane liat justru pada pendemo duduk2 di bale desa. Ada yang bercakap2 di depan gapura balai desa. Waktu ane liat ane sempat berfikir, "Ini yang demo yang mana dan yang lagi njemput anaknya yang sekolah di TK yang mana ... nggak ada bedanya". Kebetulan ada TK di dalam bale desa. Nggak tau juga, tapi kalau ane pribadi melihatnya "kurang menarik". Akhirnya ane langsung pulang aja. Males.
Kalau dipikir2 ternyata mental ane cukup rusuh ya. Tapi ada yang menarik ketika ane menceritakan ini kepada ibu ane. Ibu mengatakan bahwa demo pak Lurah dulu sangat rame karena si X, seorang mahasiswa, ikut turun. Dengan kata lain kalau ada mahasiswa pasti bakal ramai dan demonstrasi bakal dipenuhi dengan teriakan2 dan spanduk2 untuk menurunkan pejabat yang bersangkutan. Apakah ini berarti bahwa mahasiswa = biang rusuh??
Hehehhe, pikirin aja sendiri :D
Ayah ane juga ditawari untuk menandatangani petisi untuk menurunkan pak Dukuh. Namun walaupun dulu ayah ane dan pak Dukuh adalah musuh dalam pencalonan Kepala Dukuh, ayah ane menolak untuk menandatangani petisi. Alasannya adalah semua ini nggak lain cuma bisnis oleh segelintir orang saja.
Demonstrasi hari ini dimulai kurang lebih pada pukul 8 atau 9 (maap, ane nggak liat jam). Ane jam 10 datang ke balai desa untuk melihat perkembangan demonstrasinya. Tapi apa yang terjadi diluar perkiraan ane. Ane kira kalau demo itu bakal ada orang teriak2 sambil membawa spanduk, tapi yang ane liat justru pada pendemo duduk2 di bale desa. Ada yang bercakap2 di depan gapura balai desa. Waktu ane liat ane sempat berfikir, "Ini yang demo yang mana dan yang lagi njemput anaknya yang sekolah di TK yang mana ... nggak ada bedanya". Kebetulan ada TK di dalam bale desa. Nggak tau juga, tapi kalau ane pribadi melihatnya "kurang menarik". Akhirnya ane langsung pulang aja. Males.
Kalau dipikir2 ternyata mental ane cukup rusuh ya. Tapi ada yang menarik ketika ane menceritakan ini kepada ibu ane. Ibu mengatakan bahwa demo pak Lurah dulu sangat rame karena si X, seorang mahasiswa, ikut turun. Dengan kata lain kalau ada mahasiswa pasti bakal ramai dan demonstrasi bakal dipenuhi dengan teriakan2 dan spanduk2 untuk menurunkan pejabat yang bersangkutan. Apakah ini berarti bahwa mahasiswa = biang rusuh??
Hehehhe, pikirin aja sendiri :D
No comments:
Post a Comment