Seringkali kita mendengar ada aksi demo mahasiswa di suatu tempat dimana para mahasiswa memblokir jalan. Ane selama jadi mahasiswa belum pernah ikut demo apalagi ikut2an memblokir jalan. TAPI ... aksi memblokir jalan justru pernah ane lakukan sewaktu ane masuk kecil, mungkin ketika ane masih berumur 6 tahun. Ane lupa tepatnya sih :P. Yah, beginilah ceritanya ...
Ane waktu kecil punya temen dekat dan kami selalu bermain bersama. Berhubung temen ane ini kadang2 rada sensitif maka sebut saja namanya F. Waktu itu kami seperti biasa bermain di teras rumah ane. Ada beberapa mainan yang ane mungkin tidak ingat, tapi yang paling ane ingat sampai saat ini adalah kuda2an goyang (itu lho yang kayak kursi goyang, makanya ane mengira2 umur ane waktu itu 6 tahun, atau malah kurang soalnya ane 6 tahun udah mulai masuk SD, masa ane masih main kuda2an goyang??? Entahlah nding).
Setelah kami agak bosan dengan mainan dan permainan kami, kami pun tiba2 mendapatkan sebuah ide gila. Ane nggak tau dari mana pikiran itu muncul, tapi waktu itu kami tiba2 tertarik untuk mengetahui kira2 orang akan lewat mana kalau di jalan terdapat barang2 yang membuat mereka tidak bisa lewat. Maka dijalankanlah "misi" kami tersebut.
Untuk memblokir jalan kami menggunakan kuda2an ane yang sangat berat. Kami tidak bisa mengangkatnya, jadi kami seret aja. Trus beberapa benda yang ane kurang bisa begitu mengingatnya. Namun kayaknya diantaranya ada kentongan dan "dingklik" alias kursi kecil serta kursi. Tapi itu semua ternyata belum cukup untuk menutup jalan di depan rumah ane. Kami pun segera mengambil dan meletakkan tangga untuk melengkapinya. Kemudian kami bersembunyi seakan-akan kami adalah dua orang prajurit yang sedang bersembunyi dari musuh, dan mengamati kira2 apa yang akan terjadi.
Sambil cekakak cekikik kami dengan rasa penasaran yang amat besar menunggu korban pertama kami. Beberapa waktu kemudian lewatlah seorang tetangga kami yang lewat naik sepeda. Ane nggak begitu kenal siapa, tapi kayaknya dia dari RT sebelah. Kami segera bersembunyi dan mengamati. Ternyata bapak tersebut tidak marah atau apa, cuma langsung mengangkat sepedanya untuk melewati blokade yang kami buat. Bapak tersebut memang langsung tengak-tengok kanan-kiri, bingung, dan mungkin juga jengkel, mengira2 siapa yang begitu jail membuat blokade jalan. Tapi kemudian bapak tersebut langsung menggenjot kembali sepedanya tanpa ada protes sedikit pun. Kami dari balik persembunyian kami langsung tertawa geli.
Dibalik kegembiraan kami, sebenarnya terdapat juga rasa takut. Takut dimarahi dan lain sebagainya. Oleh karena itu setelah bapak tersebut pergi kami pun memutuskan untuk segera membuka blokade jalan yang kami buat.
Kalau ane pikir2 ane nakal juga ya. Tapi nakal ane termasuk dalam nakal yang baik, maksudnya nakal=NAmbah aKAL. Dan kalau ane mengenang kembali masa itu, ane jadi sangat bersyukur karena jalan di depan kami waktu itu masih belum banyak dilewati orang, jadi kami bisa lolos dari kemarahan orang tua kami dan mungkin orang2 yang lewat.
Read More...
Summary only...