Wednesday, November 21, 2007

Demo Ujian Nasional Kerja Keras dan Kualitas

Beberapa waktu yang lalu ane lait di TV ada sekelompok siswa SMU beberapa daerah yang mengadakan demo menuntut dihapuskannya ujian nasional atawa UN. Alasannya karena kerja keras selama 3 tahun akan terbuang sia-sia jika tidak lulus UN.

Hal ini sebenarnya menggelitik ane, sekaligus prihatin juga. Menggelitik karena dalam pemikiran ane jika seorang siswa tidak lulus UN maka kerja kerasnya selama 3 tahun patut dipertanyakan. Apakah ia sudah memenuhi kewajibannya sebagai seorang siswa, yaitu belajar, atau hanya sekedar bermain-main dan asyik pacaran serta menikmati masa muda? Kalau belajar dengan keras, kok tidak lulus?

Tapi ane juga prihatin karena menurut ane kualitas pendidikan kita belumlah merata. Ane pernah satu kelas dengan para jawara dari pelosok, tapi prestasi mereka biasa-biasa dikelas ane yang termasuk kelas buangan. Tapi bukan berarti ane mengatakan mereka lebih bodoh atau apa, hanya saja itu menunjukkan kalau kualitas pendidikan di pelosok memang belum sebaik jika dibandingan dengan kualitas pendidikan di kota.

Tapi secara keseluhan tuntutan untuk menghapuskan UN bagi ane adalah sebuah tuntutan yang tidak masuk akal dan tidak mencerminkan sikap kritis siswa. Memang benar bahwa apabila UN ditiadakan maka jumlah siswa yang akan lulus akan bertambah, namun demikian mereka seharusnya mampu berfikir untuk mempertanyakan kualitas lulusannya, bukan semata melihat kuantitasnya. Selain itu, tanpa ujian atau dengan rendahnya syarat kelulusan justru akan membuat siswa malas belajar dan pada akhirnya akan memperendah kualitas sumberdaya manusia Indonesia.

Kalau mereka mempertanyakan apa hubungan UN dengan dunia kerja dan lain sebagainya, maka mereka seharusnya tidak masuk ke SMU, tapi seharusnya masuk ke SMK karena pendidikan yang berorientasi kerja sudah mempunyai institusinya, yaitu SMK. SMU adalah institusi yang lebih mengarah pada dunia pendidikan tinggi dari pada ke dunia kerja. Masyarakat harus lebih dipahamkan mengenai paradigma ini sehingga tidak lagi menganggap SMK hanya sebagai sekolah buangan saja. Walaupun pemerintah sudah mengupayakannya lewat iklan masyarakat di TV, namun ane kira usahanya perlu ditingkatkan lagi.

Ane sendiri juga setuju dengan peningkatan nilai minimum kelulusan selama hal tersebut dibarengi dengan pengingkatan kualitas pendidikan. Yah, walau pun soal peningkatan kualitas pendidikan sepertinya belum terjadi dengan signifikan.

No comments: